Salatiga | Liputanresolusi.com
Bertempat di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), diselenggarakan acara Dialog Civitas Academica UKSW dengan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW), Rabu (4/6/2025) sore.
Dialog yang berlangsung dipimpin oleh Wakil Ketua Pembina YPTKSW Pendeta Dr. Alfred Y.R. Anggui, M.Th., ini terselenggara sebagai kelanjutan dari Open Forum yang telah dilaksanakan pada 16 Mei lalu di tempat yang sama.
Dialog dengan percakapan gerejawi mengedepankan semangat persaudaraan, memberikan ruang bagi civitas academica untuk kembali menyampaikan aspirasinya, di hadapan Pembina YPTKSW.
“Terima kasih untuk kehadiran teman-teman semua. Kami datang untuk kebaikan UKSW. Undangan dialog kami keluarkan setelah ada pembicaraan cukup panjang sampai akhirnya surat dikirimkan. Seperti yang ada di surat undangan, percakapan kita adalah dalam suasana gerejawi,” kata Pendeta Alfred Y.R. Anggui.
Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami menyampaikan apresiasi atas kesempatan berdialog langsung dengan Pembina YPTKSW.
“Terima kasih kepada pembina yang telah memberi ruang percakapan. Ini menjadi refleksi penting bagi saya sebagai pimpinan universitas. Kami tidak pernah menganggap mahasiswa sebagai pihak yang diabaikan. Kami sangat terbuka untuk berkomunikasi,” ungkapnya.
Hadir dalam dialog semalam Pembina, Pengurus, serta Pengawas YPTKSW. Rektor bersama para Wakil Rektor serta anggota Senat Universitas UKSW yang terdiri dari Dekan Fakultas, Guru Besar, Ketua Umum Senat Mahasiswa Universitas, Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas, serta perwakilan tenaga kependidikan juga menghadiri dialog. Perwakilan setiap fakultas yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, serta perwakilan dari tenaga kependidikan juga turut hadir. Selain itu, mahasiswa dari berbagai Fakultas juga diperkenankan hadir di balkon Balairung UKSW.
Ada sekitar 20 orang berkesempatan menyampaikan aspirasinya, baik dari dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan juga alumni. Rektor Intiyas mendapatkan pertanyaan kritis seputar pemaknaan SATUHATI dan pakta integritas bagi dosen dan tendik di lingkungan UKSW. SATUHATI (Sinergis Patuh Harmonis Teladan Integritas) merupakan slogan komitmen kerja yang disampaikan Intiyas ketika mengikuti pilihan Rektor. Komitmen kerja SATUHATI dilandasi dengan motto UKSW yaitu Takut akan Tuhan sebagai permulaan pengetahuan.
Mengacu pada Amsal 1:7a, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,” Rektor UKSW Intiyas menegaskan bahwa seluruh proses pendidikan, pengambilan keputusan, dan budaya kerja harus dilandaskan pada rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan. Dalam konteks ini, nilai “takut akan Tuhan” tidak dimaknai sebagai ketakutan semata, melainkan sebagai sikap tunduk, hormat, dan rendah hati di hadapan sumber segala hikmat dan kebenaran.
Melalui prinsip Sinergis, sivitas akademika UKSW diajak untuk membangun kerja sama lintas unit secara berkelanjutan. Nilai Patuh mencerminkan kepatuhan terhadap firman Tuhan dan juga komitmen terhadap peraturan dan etika institusi. Harmonis mengedepankan keharmonisan relasi dalam keberagaman.
Teladan mendorong setiap pribadi menjadi panutan dalam tindakan dan meneladani Kristus sebagai pemilik UKSW, dan akhirnya menjadi teladan bagi warga Kampus. Sebagai kampus Kristen, maka integritas menuntut kejujuran serta konsistensi dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Aspirasi dan usulan-usulan perbaikan infrastruktur yang disampaikan berbagai fakultas, misalnya fasilitas internet, computer, pemutakhiran laboratorium direspon positif oleh Rektor Intiyas. Komunikasi akan diintensifkan agar permasalahan yang dirasakan dapat segera mendapat solusi yang konkrit.
Tuduhan bahwa Rektor otoriter dengan pemberhentian pejabat di lingkungan Fakultas Hukum, telah dijelaskan di open forum tanggal 16 Mei 2025 dan akan dilanjutkan dengan percakapan pastoralia yang dipandu oleh Pembina YPTKSW.
Pakta integritas SatuHati bukan untuk mengekang kebebasan bersuara, namun justru untuk memperkuat kesadaran bahwa UKSW adalah kampus yang menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai Kristiani. UKSW berkomitmen untuk terus memperbaiki diri, mendengar suara warganya, dan berjalan bersama dalam terang iman, akal sehat, dan kasih yang membebaskan. Sejalan dengan semangat “takut akan Tuhan”, universitas ini ingin memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil mencerminkan hikmat, keadilan, dan penghormatan terhadap kebebasan akademik yang bertanggung jawab.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa UKSW, di tengah-tengah berbagai demonstrasi yang dilakukan, tidak menutup diri dari dialog. Dalam kesediaan menampung berbagai suara, UKSW ingin memberi ruang bagi proses pertumbuhan budaya komunikasi yang terbuka.
Para Pembina berpesan agar dialog dikerjakan dalam suasana gerejawi yang menjunjung tinggi nilai kekristenan dan semangat persaudaraan. Menyambut hal ini pimpinan UKSW yang memang sejak semula siap mengembangkan komunikasi yang terbuka dan evaluatif menegaskan komitmennya untuk menyelenggarakan komunitas akademik yang bernilai dan berakar pada kesadaran untuk menyegani TUHAN yang diwujudkan dalam karya yang bertanggungjawab, menjunjung integritas diri dalam kasih, dan bekerja demi kebaikan bersama.
Pada bagian akhir dialog, para pembina memberikan pesan-pesan pastoral dan reflektif agar semua pihak mawas diri, mengembangkan komunitas dalam semangat dialog, sembari tetap menjalankan tugas, tanggung jawab, panggilan dan pelayanan masing-masing di kampus tercinta.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 31 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.
Salam Satu Hati UKSW!
(*)